-
Dicari, Pelari Terakhir! (+Pengalaman Seleksi Indonesia Mengajar)
jalan masuk menuju Dusun Serambah, dusun penempatan saya di Pulau Bawean (2013) *tulisan ini saya buat berbekal potongan ingatan dari lebih setahun yang lalu. maaf jika ada kesalahan penulisan, ya 🙂 Rasanya baru kemarin saya menapakkan kaki di Jalan Galuh II no 4 sembari menggendong sebuah carrier, dengan perasaan tidak karuan karena selanjutnya hidup saya akan berbeda. Halah. Yap, 22 April 2013 adalah hari bersejarah karena itulah hari pertama saya akan memasuki camp pelatihan Pengajar Muda VI. Hampir satu setengah tahun yang lalu! Oh maaan, cepet banget! Perjalanan panjang tersebut dimulai dari sebuah titik balik. Alkisah pada akhir tahun 2012, dengan langkah gontai saya memasuki gedung Grha Sabha Pramana UGM…
-
Bertemu Emak Masnah Sekali Lagi
“Emak kapan ke Jawa?” “Tak tau Buuuu.. Tak punya uang. Emak belum pernah ke Jawa..” “Sekali-kali main Maaak. Biar tahu Gresik macam apa.. Tak tua di Bawean saja…” “Tak tahuuu Buuu..” (obrolan singkat di amben depan rumah pada suatu malam di Serambah) Hari Jumat pukul satu dini hari. Bus Patas Jogja-Surabaya yang saya tumpangi rupanya menjadi bus terakhir yang berangkat dari Terminal Giwangan hari itu. Beruntung saya tak terlambat, bisa-bisa perjalanan-singkat-satu-hari saya akan berantakan. Dengan estimasi perjalanan 8-9 jam, sekitar pukul 9 pagi saya akan tiba di Terminal Bungurasih. Lumayan, bisa tidur nyenyak di jalan. Karena keesokan malamnya saya akan berada di bus ini lagi, kembali ke Jogja. Apa yang…
-
[UPDATED] Download E-book Tangan-tangan Kecil Bawean
**UPDATE** Akhirnya! Setelah satu bulan menunda  menyelesaikan editing (karena versi pertama dicetak agak terburu-buru), buku Tangan-tangan Kecil Bawean bisa diunduh secara gratis. Hore! *tepuk tangan sendirian* Buku ini adalah ide dadakan Pengajar Muda VI Bawean ketika memasuki semester dua penugasan. Dipikir-pikir, selama hampir tiga tahun Indonesia Mengajar berada di Bawean, kok rasanya belum ada media publikasi komprehensif (halah bahasamu le) tentang pendidikan di Bawean ya? Memang sih, sudah ada beberapa newsletter dan majalah terbitan Disdik dan Pemkab Gresik, tapi rasanya kok masih kurang mengekspos tentang Pulau Bawean ya.. Keinginan kami sederhana kok, suara para pejuang-pejuang daerah ini didengar oleh mereka yang berwenang. Nah, daripada cuma mengomel, lebih baik ambil solusi:…
-
Ini Dia, Keluarga Saya di Tanah Serambah!
Jadi ceritanya sudah satu bulan lebih meninggalkan Bawean tapi saya masih belum bisa move on. Masih sering teringat-ingat keluarga angkat saya di sana, kalau kangen hanya bisa nelpon atau lihat foto saja. Yap, saya bertekad nggak akan ‘pulang kampung’ ke Bawean sebelum menikah. Nikahnya kapan? Wallahu alam. *backsound tarakdungjes Saya ingin memperlihatkan keluarga angkat saya di Serambah yang sangat saya cintai dan banggakan. Sebenarnya anak angkat Mak Masnah dan Pak Misrudi ada dua, yaitu Mas Tidar Rachmadi (PM pendahulu tahun pertama) dan saya. Kami sama-sama mengamini bahwa keluarga ini memang begitu hangat dan ngangenin. Dan ya.. kami sama-sama posesif ngga mau Mak Masnah si emak juara jadi emak kita bersama.…
-
Pada Sebuah Meja Makan
Selama menjadi bagian dari keluarga Pak Misrudi dan Mak Masnah, saya selalu dipersilakan untuk ikut makan di dapur mereka. Dapur itu sederhana, terbuat dari jalinan bambu dengan atap daun aren yang terpisah dari bangunan utama. “Bu, noro’ ngakan sabedena pei ghi… Nyamana oreng tak andik, nya andik cukok kereng ya Ibu noro’ ngakan pei ya Bu.. Eshon tak bisa masak se nyaman-nyaman carana oreng e nagarana Ibu.” (Bu, ikut makan seadanya saja ya… Namanya orang ngga punya, cuma punya ikan kering ya Ibu ikut makan aja ya Bu.. Saya ngga bisa masak yang enak-enak macam orang di kota Ibu.) Di awal, pertengahan, hingga akhir masa tugas saya, selalu kata-kata tersebut…
-
Mendaki Gunung Demi Danau Kastoba
Danau Kastoba dikelilingi perbukitan, di bagian belakang adalah persawahan di kecamatan Tambak dan laut lepas! Eits, memang di Bawean ada gunung? Jika menganut definisi gunung di Wikipedia yang mengatakan bahwa gunung mempunyai tinggi lebih dari 2000 kaki (600-an meter) itu artinya tidak ada gunung di Bawean. Tetapi jika menganut apa kata orang Bawean, ada 99 gunung di pulau kecil ini! Ya, di Bawean, bukit disebut dengan gunung. *** Akhirnya setelah satu tahun lebih vakum mendaki, sore itu rasa penasaran saya terobati. Gunung Sabu yang konon terletak tepat di tengah pulau akan menjadi tempat pendakian kami bersama teman-teman dari MA Himayatul Islam Kebuntelukdalam. Tingginya tidak lebih dari 200 meter saya kira.…
-
Suadi, Bisakah Berdikari?
Empat siswa laki-laki istimewa di kelas yang saya ampu. Suadi berdiri paling kiri. Selalu memilih bangku yang sama di pojok belakang kelas, ia menumpuk semua buku pelajarannya di atas meja. Seragam merah putihnya yang beranjak kumal selalu alpa dikancingkan. Ah, bukannya lupa. Baju itu sudah kekecilan, bahkan celananya menggantung hingga di atas mata kaki. Bukan karena ia tumbuh terlalu cepat, usianya yang sudah terlalu tua untuk jenjang kelas lima. “Suadi, ini huruf apa? Lihat, gendutnya di belakang,” ujar saya sembari menunjuk huruf ‘b’ pada kertas yang saya tulisi huruf-huruf dengan beragam warna. Tujuannya agar ia mudah mengenali perbedaannya. Saat itu, satu bulan sudah saya menjadi penduduk dusun Serambah. Lama ia…
-
Mereka Yang Berproses
Saya percaya bahwa baik tidaknya perilaku anak berasal dari pembiasaan. Children do what children see. Anak yang dibesarkan tanpa amarah dan emosi akan tumbuh jadi manusia penyayang. Anak yang sennatiasa melihat atau mengalami kekerasan fisik akan menjadi manusia kasar. Anak yang dibesarkan tanpa kesabaran dan keikhlasan akan tumbuh menjadi manusia pendendam. Bagaimana cara anak dibesarkan, seperti itulah ia akan berkembang. Saat ini sudah tujuh bulan saya bertugas di sebuah sekolah di pucuk perbukitan. Di sini, saya temui kenyataan bahwa anak-anak dusun bersekolah dan bermasyarakat dalam hawa acuh yang pekat. Acuh dengan teman, guru, dan lingkungan sekitar. Para siswa ini tidak terbiasa mencium tangan guru atau menyapa saat bertemu gurunya, membuang…
-
Mewah dalam Sederhana
Pagi itu sumpah setia Nin ‘Ali di depan petugas KUA Sangkapura telah membuat Sanna menjadi istri sahnya. Jauh dari hingar bingar akad nikah a la kota, disaksikan ratusan pasang mata, dekorasi gedung dan pakaian mewah, serta kelip lampu blitz tanpa jeda – mereka menikah disaksikan dua saksi yang juga masih tetangga. Dengan motor pinjaman, Nin’Ali membawa pulang Sanna, sang istri yang sama bahagianya, kembali ke rumahnya di balik gemunung Bawean. Pak Jamsuri, wali kelas 1, datang tergopoh-gopoh dari luar. “Ibu, Ibu, iring-iringan pengantinnya sudah datang!” beliau sebenarnya berbisik, tetapi karena suasana sedang hening maka segeralah semua anak mengetahui isi percakapan kami. Spontan, semua siswa saya berlarian keluar menuju teras sekolah…
-
The Moment(s) They've Captured
Tangan Haera (kelas 6) membayang di matanya saat ia mencoba memotret dirinya sendiri. “Ibuuuu, lihaaat! Gambar bunga saya kabur kenapa Bu?” rajuk Kisra, anak kelas 5 yang saat itu kebagian giliran memotret objek yang ia suka. “Lihat Kisra, kalau memotret tangannya tidak boleh goyang-goyang biar gambarnya bagus,” ujar saya sambil mencontohkan cara memegang kamera padanya. Ia manggut-manggut tanda paham. Hampir empat bulan lamanya ekskul fotografi berjalan di SDN 2 Kebuntelukdalam. Meski pelaksanaannya masih musiman, antusiasme anak-anak begitu nampak dalam raut wajah mereka. Kebetulan peserta ekskulnya adalah siswa-siswi kelas 5 dan 6. Dua kamera digital sumbangan dari seorang temanlah yang setia menemani kami mengabadikan setiap momen yang dianggap menarik. Saya pernah…