-
Mencari Taman di Jambi
Sebagai salah satu provinsi di Sumatera yang letaknya mepet garis khatulistiwa, rata-rata suhu di Jambi cukup panas di kisaran 26-32 derajat Celcius. Belum lagi saat musim kemarau dan marak pembakaran lahan, hawa panas akan terjebak dan bisa bikin marah-marah saking panasnya, hahaha. Saya mager banget pergi ke tempat outdoor di Jambi karena jam 9 siang aja udah terik banget kaya jam 12 siang. Auto gosong. Sebenarnya kalo mau cari yang dingin-dingin, Jambi punya destinasi wisata yang sangat terkenal yaitu Gunung Kerinci. Sayangnya kami harus menempuh perjalanan hingga 12 jam melewati jalan lintas yang cukup menantang. Suami saya yang tahan banting aja mabok waktu harus naik mobil travel ke Kerinci. Apalagi…
-
Honeymoon at Royal Pita Maha Resort, Bali
Ceritanya masih belum bisa move on dari cantiknya Royal Pita Maha Resort di Ubud, Bali sebagai destinasi honeymoon kami. Pada awalnya pingin banget backpacking ke Indonesia Timur, tapi ternyata energi udah abis buat persiapan pernikahan dan pingin leyeh-leyeh manja aja sambil menikmati cuti nikah :)) Backpacking-nya lain kali aja lah, nunggu ada rezeki lain. Saya kasih rate 5/5 untuk Royal Pita Maha. Kami ambil paket honeymon standard dengan deluxe pool villa, jadi setiap villa sudah ada private pool-nya masing-masing. Ndilalah udara Ubud adem semriwing yaaa. Jadilah saya cuma renang beberapa kali dan sisanya kruntelan di dalem. Hahaha. Harga yang dibayar sangat sepadan dengan fasilitas yang didapatkan, mulai dari…
-
Wajah Bawean dalam Sebuah Jamuan Makan
“Be’na tak ngakan? Eshon la mare masak cukok,” seorang wanita tua yang belakangan kusebut Emak, mengajakku makan. Saat itu aku tengah duduk di teras rumah Emak memperhatikan hamparan padi menguning di kejauhan. Buppak yang telah siap makan sedari tadi, ikut memanggil dari dapur. Menu kami siang itu sebagaimana makanan penduduk di gemunung Bawean pada musim barat: nasi putih, singkong rebus, dan anak tongkol yang diasap. Nasi pulen yang dimasak dengan tungku, berasnya dihasilkan langsung dari sawah Buppak. Ganasnya ombak Laut Jawa di musim penghujan menghentikan pasokan logistik di Pulau Bawean, mulai dari ikan laut, sayuran, hingga bahan bakar. Pada musim inilah nampak kearifan lokal orang Bawean perihal bertahan hidup.…
-
Semerbak Negeri Tembakau
Seorang ibu memilah daun tembakau sebelum dikemas Saya ingat bahwa almarhum Buppak (ayah angkat saya di Pulau Bawean, Jawa Timur) selalu memesan sebuah benda yang sama setiap saya menyeberang ke Jawa: tembakau. Barang itulah yang membuat kami menjadi akrab pada hari-hari selanjutnya. Tembakau yang saya bawa dari Jawa hanyalah tembakau rajangan biasa yang diperoleh dari Pasar Gresik. Daun kering ini Buppak simpan dalam sebuah plastik lusuh yang sudah berisi kertas linting. Plastik tersebut tak pernah lepas dari tangannya, dibawanya ke sawah, kamar mandi, hingga saat ia beranjak tidur. Buppak adalah seorang pekerja keras yang berubah tak produktif jika ia tak merokok barang satu batang dalam sehari.
-
Pesona Lebaran Dua Kampung Halaman
Home is where your heart is. Saya lahir dan besar di sebuah daerah (yang konon istimewa) bernama Yogyakarta. Detak kehidupan di kota ini seakan telah menyatu dengan raga, sejak ia masih perawan dengan sawah dan ladang nan subur hingga kini ia mulai bersolek ditumbuhi pusat perbelanjaan dan hotel. Yogyakarta adalah perkara hidup yang senantiasa berubah dimana masa kecil yang diagung-agungkan sebagai masa yang indah kini sekedar bagian dari sebuah nostalgia. Keluarga besar saya pun tinggal dan tersebar di Yogyakarta. Mereka ada di desa-desa di balik gemunung Kulonprogo hingga di tepian jalan padat di Kaliurang. Tapi tak pernah terbersit sekalipun kata bosan mengunjungi para sedulur ini karena tak tentu dalam satu…
-
Penghujung Senja Buppak
Foto favorit alm. Buppak. Biar giginya tinggal satu, tetapi tertawa harus paling seru… Kupanggil dia Buppak. Lelaki tua berperawakan kecil yang penuh keriput, namun mata tajamnya masih memancarkan semangat untuk hidup. Tiap kutanya usianya, ia selalu menggeleng. Lupa kapan tepatnya ia lahir, sebagaimana para warga paruh baya di dusun kecil ini. Mungkin ia telah hadir semasa Jepang menginvasi Indonesia. Atau bahkan sebelum itu. Buppak – sebutan untuk bapak atau ayah dalam bahasa Bawean – adalah kepala keluarga di hostfam saya semasa penempatan di Pulau Bawean. Beberapa kali mungkin namanya pernah muncul di blog ini. Bapak Misrudi, lelaki berdarah asli Bawean ini mau menerimaku sebagai anak angkatnya di rumah. Yang paling…
-
Gunungkidul Pada Suatu Hari
Pagi masih muda. Ine memacu cepat kendaraannya, berkejaran dengan jarum menit yang belumlah genap melewati pukul enam. Hawa pagi ini tak membuat kami menggigil, mengingat semalam harus terbangun berkali-kali karena gerah bukan main. Akhir musim kemarau di Jogja kali ini cukup menyiksa: udara kering berdebu dan suhu yang cukup membuat kepala cenat-cenut. Berangkat dari Kota Bantul, sepeda motor Ine arahkan menuju timur melewati jalan lintas kabupaten yang mulus dan berkelok-kelok. Kami menuju Gunungkidul untuk kepentingan kunjungan ke sekolah yang menjadi mitra yayasan. Saya selalu suka perjalanan ke Gunungkidul apalagi pada pagi hari. Pemandangannya luar biasa. Barisan pohon jati yang meranggas dan berwarna kemerahan adalah favorit saya. Enaknya ke Gunungkidul lewat…
-
Dicari, Pelari Terakhir! (+Pengalaman Seleksi Indonesia Mengajar)
jalan masuk menuju Dusun Serambah, dusun penempatan saya di Pulau Bawean (2013) *tulisan ini saya buat berbekal potongan ingatan dari lebih setahun yang lalu. maaf jika ada kesalahan penulisan, ya 🙂 Rasanya baru kemarin saya menapakkan kaki di Jalan Galuh II no 4 sembari menggendong sebuah carrier, dengan perasaan tidak karuan karena selanjutnya hidup saya akan berbeda. Halah. Yap, 22 April 2013 adalah hari bersejarah karena itulah hari pertama saya akan memasuki camp pelatihan Pengajar Muda VI. Hampir satu setengah tahun yang lalu! Oh maaan, cepet banget! Perjalanan panjang tersebut dimulai dari sebuah titik balik. Alkisah pada akhir tahun 2012, dengan langkah gontai saya memasuki gedung Grha Sabha Pramana UGM…
-
Riuhnya Prau di Akhir Minggu
Berhenti sejenak di pos 3 sambil lihat kepulan debu yang dihasilkan pendaki yang menuruni lereng Prau (journalkinchan) Setelah membuat posting panjang mengenai keresahan saya saat mendaki Gn. Prau beberapa waktu lalu, tidak afdol rasanya jika tidak memposting foto-foto saat mendaki dan mencari matahari terbit di sini. Karena malas tidak keburu mengeluarkan kamera DSLR untuk memotret (lebih praktis jepret pakai Go Pro -.-) maka tidak banyak foto yang saya hasilkan. Karena itulah saya meminta izin pada Lingga Binangkit, seorang teman yang mendaki bersama juga, agar ia mengizinkan beberapa fotonya dimuat di blog ini. Dan berhasil, yes! Haha. Oh iya, Lingga ini meski lumayan baru di dunia fotografi tapi hasilnya foto-fotonya ciamik…
-
Bertemu Emak Masnah Sekali Lagi
“Emak kapan ke Jawa?” “Tak tau Buuuu.. Tak punya uang. Emak belum pernah ke Jawa..” “Sekali-kali main Maaak. Biar tahu Gresik macam apa.. Tak tua di Bawean saja…” “Tak tahuuu Buuu..” (obrolan singkat di amben depan rumah pada suatu malam di Serambah) Hari Jumat pukul satu dini hari. Bus Patas Jogja-Surabaya yang saya tumpangi rupanya menjadi bus terakhir yang berangkat dari Terminal Giwangan hari itu. Beruntung saya tak terlambat, bisa-bisa perjalanan-singkat-satu-hari saya akan berantakan. Dengan estimasi perjalanan 8-9 jam, sekitar pukul 9 pagi saya akan tiba di Terminal Bungurasih. Lumayan, bisa tidur nyenyak di jalan. Karena keesokan malamnya saya akan berada di bus ini lagi, kembali ke Jogja. Apa yang…