• Uncategorized

    Mereka Yang Berproses

    Saya percaya bahwa baik tidaknya perilaku anak berasal dari pembiasaan. Children do what children see. Anak yang dibesarkan tanpa amarah dan emosi akan tumbuh jadi manusia penyayang. Anak yang sennatiasa melihat atau mengalami kekerasan fisik akan menjadi manusia kasar. Anak yang dibesarkan tanpa kesabaran dan keikhlasan akan tumbuh menjadi manusia pendendam. Bagaimana cara anak dibesarkan, seperti itulah ia akan berkembang. Saat ini sudah tujuh bulan saya bertugas di sebuah sekolah di pucuk perbukitan. Di sini, saya temui kenyataan bahwa anak-anak dusun bersekolah dan bermasyarakat dalam hawa acuh yang pekat. Acuh dengan teman, guru, dan lingkungan sekitar. Para siswa ini tidak terbiasa mencium tangan guru atau menyapa saat bertemu gurunya, membuang…

  • Uncategorized

    Mewah dalam Sederhana

    Pagi itu sumpah setia Nin ‘Ali di depan petugas KUA Sangkapura telah membuat Sanna menjadi istri sahnya. Jauh dari hingar bingar akad nikah a la kota, disaksikan ratusan pasang mata, dekorasi gedung dan pakaian mewah, serta kelip lampu blitz tanpa jeda – mereka menikah disaksikan dua saksi yang juga masih tetangga. Dengan motor pinjaman, Nin’Ali membawa pulang Sanna, sang istri yang sama bahagianya, kembali ke rumahnya di balik gemunung Bawean. Pak Jamsuri, wali kelas 1, datang tergopoh-gopoh dari luar. “Ibu, Ibu, iring-iringan pengantinnya sudah datang!” beliau sebenarnya berbisik, tetapi karena suasana sedang hening maka segeralah semua anak mengetahui isi percakapan kami. Spontan, semua siswa saya berlarian keluar menuju teras sekolah…

  • Uncategorized

    The Moment(s) They've Captured

    Tangan Haera (kelas 6) membayang di matanya saat ia mencoba memotret dirinya sendiri. “Ibuuuu, lihaaat! Gambar bunga saya kabur kenapa Bu?” rajuk Kisra, anak kelas 5 yang saat itu kebagian giliran memotret objek yang ia suka. “Lihat Kisra, kalau memotret tangannya tidak boleh goyang-goyang biar gambarnya bagus,” ujar saya sambil mencontohkan cara memegang kamera padanya. Ia manggut-manggut tanda paham. Hampir empat bulan lamanya ekskul fotografi berjalan di SDN 2 Kebuntelukdalam. Meski pelaksanaannya masih musiman, antusiasme anak-anak begitu nampak dalam raut wajah mereka. Kebetulan peserta ekskulnya adalah siswa-siswi kelas 5 dan 6. Dua kamera digital sumbangan dari seorang temanlah yang setia menemani kami mengabadikan setiap momen yang dianggap menarik. Saya pernah…

  • Uncategorized

    Adit Akhirnya Pulang

    Selamat jalan, Adit… Di tengah teriakan anak-anak didik yang asyik bermain bola di lapangan tepi pantai Bhayangkara, saya duduk dan membiarkan kaki terendam genangan air di antara ceruk karang. Fauzan, rekan sepenempatan yang ikut meramaikan piknik mendekati saya tanpa banyak bersuara. Sejurus setelah saya membaca pesan singkat yang ia tunjukkan, suara anak-anak itu tak lagi terdengar nyata. Sebulir air mata turun perlahan. Saya tak percaya. *** Halimun di Ranca Upas menjadi saksi akan dimulainya perjalanan kami sebagai guru tepat selepas hasduk merah putih dikalungkan oleh ketua yayasan, Anies Baswedan. Memori itu, tepat lima bulan yang lalu, mengakhiri cerita kebersamaan kami selama dua purnama sebelumnya di camp pelatihan Pengajar Muda. Kami,…

  • Uncategorized

    Obrolan Cepo Mak Masnah

    Pada malam-malam yang beranjak sunyi, Emak Masnah senantiasa melakukan hal yang sama: membuat cepo dari bambu. Cepo adalah tempat menyimpan barang-barang dapur atau beragam makanan. Potongan bambu yang diambil dari rumpunnya tersebut ditipiskan, diserut hingga halus kemudian dianyam dan diberi tatakan datar. Tekun sekali Emak mengerjakan satu demi satu cepo berukuran sedang tersebut. Jika sudah banyak yang dibuat, Emak kemudian menjualnya ke Pasar Kepuh yang terletak di pesisir laut. Kadang berjalan kaki turun gunung, kadang menumpang colt, kadang diantar oleh anak tertuanya. Cepo Emak yang tertumpuk membisu menunggu dijual, bercerita pada saya tentang banyak hal. Mungkin dahulu, cepo itu dibuat Emak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Seperti layaknya penduduk desa yang…

  • Uncategorized

    Nostalgia dalam Telepon

    Ada sebuah titik istimewa di teras rumah orangtua angkat saya. Di antara anyaman dinding bambu yang menghadap ke lembah tersebut, tergantung beberapa telepon genggam milik penghuni dan tetangga rumah. Bersebelahan satu sama lain, benda-benda tersebut saling berebut satu dua garis sinyal. Sebut saja sinyal-tempel-tembok, sisa-sisa sinyal dari kecamatan sebelah inilah yang menghubungkan warga Serambah ke dunia luar sana. Meskipun semua telepon genggam tersebut tergantung di sana sepanjang hari, tidak ada satupun telepon yang pernah hilang diambil orang. Dering masing-masing telepon juga begitu keras, ketika ada satu yang berdering maka seluruh penghuni rumah – baik yang sedang di dapur atau di kebun – akan berlarian ke titik tersebut untuk sekedar melihat…

  • Uncategorized

    Menepikan Pertanyaan

    Malam ke-45, purnama kedua Sudah lebih satu bulan sejak pertama saya menginjakkan kaki di bumi Serambah. Ya, saya hitung betul malam demi malam yang telah saya lewati bersama keluarga angkat dan tanggung jawab baru sebagai seorang guru. Saya terhenyak. Sebenarnya, sudah lebih dari tiga bulan saya mengucapkan sampai jumpa pada tanah kelahiran Jogjakarta. Waktu yang tak sebentar, tapi tak terasa dilewati dengan begitu cepat. Mungkin dalam tahun-tahun sebelum ini, saya begitu fokus pada diri sendiri. Apa yang saya lakukan adalah untuk kepentingan diri dan orang-orang terdekat. Dan dalam 90 hari belakangan, saya ‘dipaksa’ untuk mengesampingkan urusan diri, memperhatikan orang-orang yang bahkan sebelumnya tidak pernah saya kenal. Masuk ke dalam masyarakat…

  • Uncategorized

    Rapor Tingkah Laku

    Kisra, anak kelas lima yang bertubuh bongsor tersebut sibuk mengiris-iris pepaya muda yang dipetiknya sendiri dari halaman rumah. Beberapa menit sebelumnya, ia tergopoh-gopoh menyiapkan tikar dan air minum di ruang tengah. Semua itu ia siapkan untuk saya yang datang berkunjung sepulang sekolah. Mulutnya tak henti menggumam, “Kema Emak, Bu Kinkin la datang…” (Emak kemana, Bu Kinkin sudah datang…) “Sudah, Ibu di sini saja,” cegah Kisra ketika saya berniat membantunya membuatkan bumbu rujak. Segera ia membenamkan diri dalam kesibukan mengulek cabai dan garam, yang oleh masyarakat Bawean biasa disebut bumbu buja cappi. Saya senyum-senyum sendiri memperhatikan tingkahnya yang lucu. Ia benar-benar bersemangat menjadi tuan rumah yang menyenangkan. Dan pada siang itulah…

  • Uncategorized

    Anak-anak, Ayo Jepret!

    Posting singkat berikut ini khusus saya dedikasikan untuk Kak Wira Nurmansyah, photographer cum traveler (yang katanya) kece asal Bandung. Selamat membaca, Kak! Sejak berangkat tugas ke Pulau Bawean, saya sudah memikirkan beberapa hal yang kiranya dapat saya lakukan di tempat penugasan nanti. Salah satunya adalah rencana saya membuat ekskul fotografi untuk anak-anak SD di Serambah. Yang saya inginkan tidak muluk. Saya tidak menginginkan anak-anak saya paham mengenai diafragma, shutter speed atau penggunaan filter lensa. Saya hanya ingin mereka sendirilah yang menangkap momen-momen yang mungkin tak akan mampu saya dapatkan. Saat itu saya mendengar dari pengajar muda pendahulu bahwa anak-anak di dusun saya memiliki karakter yang cukup unik. Mereka sangat pemalu…

  • Uncategorized

    Dalam Tiga Puluh Menit

    Hanya kurang lebih tiga puluh menit saya mendengar suara khasnya setiap kami bertemu dalam telepon. Mendengar suara tawanya, saya hanya bisa membayangkan ia di sana tergelak menampakkan gigi-giginya yang putih dengan perut naik turun. Mendengar ia bercerita, saya hanya bisa membayangkan ia di sana tengah duduk sendirian dalam remang lampu karena ditinggalkan oleh orang-orang rumahnya. Mendengar ia menguap, saya membayangkan ia bersandar di dinding dengan mata berat tetapi tetap ia tahan demi komunikasi yang terus terhubung. Awal cerita kami sangat berbeda. Saya begitu dimanja oleh kebaikan penduduk yang tidak membiarkan saya kelaparan dan tanpa tempat tinggal, sementara ia di sana sendirian harus membeli makan di warung dan tidur tanpa ditemani…